Berhaji agar Dekat dengan Allah
Tiada Tuhan selain
Allah yang Maha Menatap, yang menggenggam langit dan bumi. Dia lah penguasa alam semesta, Yang menciptakan setiap diri yang Maha tahu setiap isi hati. Dialah yang membuka, menutup, dan mengambil setiap rezeki. Dia lah Allah yang mengangkat derajat dan menurunkan, melapangkan hati, memberikan ketentraman, dan mencabut kegelisahan. Dia lah Allah pemberi nikmat tiada bertepi yang mengampuni sebanyak apa pun dosa, senista apa pun hamba-hamba-Nya.
Tiada Tuhan selain
Allah yang Maha Menatap, yang menggenggam langit dan bumi. Dia lah penguasa alam semesta, Yang menciptakan setiap diri yang Maha tahu setiap isi hati. Dialah yang membuka, menutup, dan mengambil setiap rezeki. Dia lah Allah yang mengangkat derajat dan menurunkan, melapangkan hati, memberikan ketentraman, dan mencabut kegelisahan. Dia lah Allah pemberi nikmat tiada bertepi yang mengampuni sebanyak apa pun dosa, senista apa pun hamba-hamba-Nya.
Dia lah Allah yang Maha Sadar, walaupun menyaksikan dengan jelas hamba-hamba melupakan-Nya, menghianati-Nya. Namun, tiada terputus curahan nikmat-Nya diraihdari kenistaan menjadi keselamatan, dari kehinaan menjadi kemuliaan, dari kegelapan menjadi cahaya. Allahuwaliyulladziina aamanuu yukhrijuhum mina dzulumaati ilan nuur. Allah lah pelindung orang yang beriman, menyelamatkan manusia dari kegelapan menuju cahaya.
Betapa banyak kita mengerjakan ibadah, tapi apakah ibadah ini benar-benar bisa mendekatkan diri kita kepada Allah. Alkisah, ada seorang ayah yang begitu rajin bekerja memberikan uang untuk anak-anaknya. Sang Ayah memberi nasehat setiap saat, tetapi anak-anaknya jika melihat sang ayah lebih suka untuk menghindar, bersembunyi, atau mengharapkan ayahnya segera pergi. Mengapa? Ayahnya hadir lahirnya, tapi tidak hadir hatinya. Apakah pemberian uang ini pakai hati atau tidak, apakah kedekatan lahirnya ini pakai hati atau tidak, apakah belaiannya pakai hati atau tidak.
Anak adalah manusia yang masih peka dan bersih hatinya. Anak-anak takkan tahu apakah bapak–ibunya hadir di dekatnya pakai hati atau tidak. Atau hanya untuk kepentingan dirinya ingin disebut orang tua bijak, ingin disebut sudah menafkahi anaknya, ingin anaknya bisa patuh kepadanya. Banyak orang tua yang hadir lahirnya, tapi tidak hadir hatinya di hati anak-anaknya. Tidak ada di hati orang tua tersebut kerinduan untuk bisa dekat dengan anaknya. Saudaraku, kita sering beribadah shalat, shaum, zikir, haji, umrah berulang-ulang, tapi mengapa tidak menjadi dekat kepada Allah. Boleh jadi hati ini tidak hadir ketika berhaji. Kita datang ke tanah suci bukan untuk dekat dengan Allah.
Kita datang ke sini hanya untuk kepentingan dunia agar dihargai orang, agar disebut haji, agar dihormati manusia. Kita sibuk berfoto, berpotret agar diketahui orang sudah berhaji. Namun, kita tidak berani menilai apakah hati kita hadir untuk Allah atau tidak.
Kita sedekah, tetapi untuk siapa sedekah kita? Benarkah sedekah kita agar kita dekat dengan Allah atau hanya sekadar ingin disebut sebagai ahli sedekah atau takut disebut orang sebagai orang kikir. Betapa seringnya kita melakukan ibadah seakan-akan untuk Allah, shalat dan puasa, tapi hati kita tidak kepada Allah.
Hati kita tamak kepada dunia ini. Kita lebih menikmati pujian manusia dari pada pujian Allah, penguasa alam semesta. Kita lebih nikmat dihargai manusia yang pasti binasa dari pada diangkat derajat di sisi Allah, menjadi orang yang disayang Allah. Kita lebih rindu dielu-elukan manusia daripada oleh Allah disebut-sebut di kalangan mulia para malaikat- Nya. Hidup kita tergadai hanya untuk mencari dari makhluk-Nya, padahal siapa manusia? Manusia hanya makhluk ciptaan Allah yang tidak pernah punya apa-apa. Tidak pernah bisa menghidupkan dirinya sendiri, tidak bisa memberi manfaat tanpa izin Allah, tidak juga bisa memberikan mudarat tanpa izin Allah. Manusia tidak kuasa menolong dirinya sendiri, menolak bala yang menimpa diri.
Bagaimana bisa mengabdikan hidup kita hanya untuk mengikuti keinginan manusia. Kita berdandan, kita bekerja, kita shalat, dan kita haji pun hanya untuk manusia. Itulah sebabnya, mengapa meski sering umrah ke Mekah, tidak ada yang berubah karena bukan untuk mendekat kepada Allah.
Saudaraku sekalian, haji hanyalah sekali seumur hidup. Akankah kita gadaikan kemuliaaan hidup dekat dengan Allah hanya karena rindu dekat dengan manusia. Kita gadaikan pujian di sisi Allah hanya karena ingin dipuji manusia. Ingat sama hati kita saudaraku bahwa haji benar-benar rindu bisa dekat dengan Allah, penguasa langit dan bumi, pencipta diri kita. Tidakkah kita ingin dekat dengan yang menciptakan kita, yang memberikan kehidupan, yang setiap saat mendetakkan jantung, yang memberi makan tidak pernah terputus berpuluh tahun, yang ketika
kita lelah diistirahatkan diurus setiap saat.
Antara yang kita minta dengan yang tidak kita minta, lebih sempurna yang tidak kita minta datang kepada kita. Seharusnya agar dalam hidup ini ingin bisa dekat dengan Allah, hadirkanlah
hati. Hati yang ikhlaslah yang akan membuat hidup ini indah. Hati yang benar-benar ingin dekat dengan Allah. Kita didik keluarga kita agar dekat dengan Allah. Kita cari nafkah yang halal berkah supaya dekat dengan Allah.
hati. Hati yang ikhlaslah yang akan membuat hidup ini indah. Hati yang benar-benar ingin dekat dengan Allah. Kita didik keluarga kita agar dekat dengan Allah. Kita cari nafkah yang halal berkah supaya dekat dengan Allah.
Kita benar-benar cari ilmu supaya dekat dengan Allah. Kita tolong orang lain supaya kita dekat dengan Allah karena surga dunia itu kalau kita dekat dengan yang menciptakan kita. Tidak ada kebahagiaan selain dekat dengan Allah yang Maha Agung.
Allah mengundang kita agar kita dekat dengannya, bukan agar kita dipuji oleh makhluk-makhluk-Nya. Maka, manfaatkanlah saudaraku jamuan Allah di tanah suci ini dengan satu cita-cita semoga umur yang tersisa ini dekat dengan yang menciptakan kita. Dialah Allah yang Maha Tahu segala kebutuhan dan keinginan kita. Dialah Allah yang menguasai apa pun yang kita butuhkan, yang kita inginkan, dan yang terbaik bagi kita. Dia lah penguasa segala-galanya.
Innallaha ‘ala kulli syai’ in qadiir.
Haji adalah untuk mendekat kepada Allah. Agar sepulang dari tanah suci, kita menjadi manusia yang banyak amal. Bukan untuk kembalinya pujian penghargaan imbalan dari makhluk. Kita berbuat Kita lebih menikmati pujian manusia dari pada pujian Allah, penguasa alam semesta. Kita lebih nikmat dihargai manusia yang pasti binasa dari pada diangkat derajat di sisi Allah menjadi orang yang disayang Allah sebanyak mungkin, khairunnaas anfa’uhum linnaas agar kita bisa dekat dengan Allah.
Tiada kebahagiaan hakiki, kecuali kalau kita dicintai oleh penguasa langit dan bumi yang tahu persis apa yang kita butuhkan dan kita inginkan. Dia lah yang memiliki segala-galanya. Wamayyataqillah yaj‘allahuu makhrojan wayarzukhu min haitsu laa yahtasib wa mayyatawakal ‘alallaah wahuwa hasbuh (QS at-Talaq: 2-3).
Barang siapa yang semakin mendekat kepada Allah dengan ketakwaan, niscaya Dia membukakan jalan keluar baginya. Allah akan membukakan pintu rizki dari tempat yang tidak diduga-duga dan Allah akan mencukupi siapa yang hatinya hanya untuk Allah.
Walaupun dunia di tangan kita, jangan pernah hati ini tercuri oleh dunia. Jangan pernah pula menuhankan harta, kedudukan, jabatan, penampilan. Demi Allah, semuanya musnah. Hanya Allah lah tuhan kita. Laa illaaha illallaah wahdahuu laa syariikalah lahul mulku walahul hamdu yuhyii wa yumiitu wahuwa ‘ala kulli syai’ in qadiir. Allahumma shalli wa sallim wabaarik ‘ala sayyidinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa ashabihi ajma’ in.
Allaahummaj ‘alhu hajjam mabruuraa, wasa’yam masykura, wa dzanbam maghfuuraa.
Terima haji kami, ya Allah. Jadikan kami contoh kebaikan bagi hamba-hamba-Mu. Jangan biarkan kami jadi tambah keburukan. Ya Allah, kembalikan kami ke tanah air membawa berkah. Jadikan kami jalan rizki bagi hamba-hamba-Mu yang fakir.
Jalan hidayah bagi hamba-Mu yang jahil. Jalan kebahagiaan, jalan kemuliaan bagi sebanyak-banyaknya hamba-hamba-Mu.
Saudaraku, demi Allah, apa yang kita duduki di tanah suci akan bersaksi diakhirat nanti. Ketika pulang ke tanah air, bertekadlah hanya dengansatu-satunya cita-cita. Hanya hati ketemu hati mengharapkan dekat dengan yang menciptakan kita. Cukuplah Allah segala-galanya bagi kita.
Hasbunallah wa ni’mal wakiil, ni’mal maulaa wa ni’man nashiir.
* Sebagian tausiyah Aa Gym di Arafah pada 2008, 9 Zulhijjah 1429 H
K.H. Abdullah Gymnastiar adalah pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bergabung dengan Afitour insyaAllah banyak untungnya...