Bagi sebagian jamaah haji Indonesia, menuju Masjidil haram bukan lagi perkara sulit. Pembangunan menara jam raksasa di Mekkah Arab Saudi yang pengerjaannya sudah hampir rampung 95 persen tersebut sangat membantu jamaah haji mencari jalan menuju Baitullah. Pasalnya, jam yang berdiri di sebuah gedung setinggi lebih dari 600 meter ini berada persis di pelataran Masjidil Haram Mekkah.
"Sangat membantu, tinggal lihat dan ikuti saja arah jalan dengan patokan jam Mekkah," ujar Sri Sugiyanti, (60) asal Purwokerto Kloter 10 SOC pada awal November 2010. Pemondokkannya terletak di Azisyah Junubiyah, sekitar 3 kilometer dari Masjidil Haram.
Jam itu sendiri berada di Kompleks Al Abraj Al Bait Tower. Kompleks ini berada di pelataran
Masjdil Haram. Keberadaan jam yang disebut Royal Mecca Clock Tower Hotel ini memang cukup membantu para jamaah haji di seluruh dunia yang datang ke Mekkah khususnya mereka yang ingin menunaikan ibadah di Masjidil Haram. Biasanya mereka menjadikan Jam rakasasa yang berukuran 46 × 46 meter ini sebagai acuan menuju Masjidil Haram.
"Sangat membantu, tinggal lihat dan ikuti saja arah jalan dengan patokan jam Mekkah," ujar Sri Sugiyanti, (60) asal Purwokerto Kloter 10 SOC pada awal November 2010. Pemondokkannya terletak di Azisyah Junubiyah, sekitar 3 kilometer dari Masjidil Haram.
Jam itu sendiri berada di Kompleks Al Abraj Al Bait Tower. Kompleks ini berada di pelataran
Masjdil Haram. Keberadaan jam yang disebut Royal Mecca Clock Tower Hotel ini memang cukup membantu para jamaah haji di seluruh dunia yang datang ke Mekkah khususnya mereka yang ingin menunaikan ibadah di Masjidil Haram. Biasanya mereka menjadikan Jam rakasasa yang berukuran 46 × 46 meter ini sebagai acuan menuju Masjidil Haram.
Hal ini juga dibuktikan dari data jamaah haji tersesat di Mekkah yang berkurang dibandingkan musim haji tahun lalu. Walau harus diakui tidak ada penelitian pasti penurunan jumlah jamaah haji sesat itu disebabkan adanya Royal Mecca Clock Tower ini, namun sedikit banyak jam ini turut berkontribusi menjadi patokan jamaah haji ketika menuju dan pulang dari Masjidil Haram. Bahkan banyak dari mereka yang menjadikan Jam raksasa ini sebagai acuan arah tempat berkumpul kembali usai melaksankan ibadah di Masjdil Haram.
Royal Mecca Clock Tower Hotel merupakan proyek mercusuar pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Pembangunan mega proyek yang sudah berlangsung selama lebih dari dua tahun ini cukup membuat dunia tercengang. Hal ini dikarenakan adanya keinginan kuat pemerintah dan ilmuan timur tengah menjadikan jam raksasa ini sebagai rujukan waktu dunia bernama Mecca mean time (MMT) , menggantikan Greenwich Mean Time (GMT) yang telah berusia 126 tahun.
Jam itu memiliki empat wajah berkilauan selebar 46 meter yang terdiri atas ubin gabungan teknologi tinggi, sebagian dihiasi dengan emas, dengan posisi berada di sebuah bangunan gedung dengan tinggi 601 meter. Berada di pelataran komplek Masjidil Haram, banguan akan menjadi yang tertinggi kedua di dunia.
Harus diakui penampilan menara jam raksasa itu sangat mirip dengan dua Menara St Stephens Tower,tempat jam terkenal Big Ben berada. Soal tingginya, jam Mekkah ini mempunyai struktur bangunan hotel setinggi 530 meter plus tinggi jam 71 meter, sehingga total bangunan mencapai 601 meter.
Sementara Big Ben cuma 94,8 meter. Masih kalah jauh dengan menara kembar Petronas ( 452 m)eter, Taipei 101 (509 meter) bahkan Empire State Building (381 meter). Royal Mecca Clock Tower hanya bisa tersaingi dengan bangunan gedung tertinggi di dunia saat ini yakni Burj Al Khalifa di Dubai (828 meter).
Menara jam Saudi memang bertujuan untuk mengalahkan saingannya, terutama Big Ben di Inggris dalam segala segi. Big Ben mempunyai lebar 6,9 meter, sementara Jam Mekkah mepunyai lebar 46 meter. Bahkan mengalahkan jam terbesar di dunia yang rekornya dipegang Cevahir Mall di Turki dengan diameter 35 meter.
Menghabiskan dana USD 3 miliar, Royal Mecca Clock Tower Hotel berdiri di atas komplek Abraj Al Bait. Menara hotel ini berdiri diantara tujuh menara raksasa disebuah podium masif. Di puncak jam akan terdapat lengkungan bulan sabit sebagai lambang Islam, yang saat ini dalam tahap penyelesaian.
Keunikan Menara Jam Mekah lainnya adalah setiap datang waktu salat, 21 ribu lampu hijau dan putih akan berpendar-pendar. Ditambah 16 buah lampu vertikal yang akan memancar sejauh 7 mil ke udara. Lampu ini akan berkedip selama lima kali sebagai pertanda lima waktu shalat
sekaligus mengingatkan kaum muslimin di sekitar Mekkah untuk menunaikan salat.
Lampu ini bisa dilihat dari jarak 18 mil atau 28,8 kilometer. Sayang ketika Jurnal Nasional menyambangi Jam Mekkah ini, lampu belum diujicobakan. Jam yang diujicobakan pada pekan pertama bulan suci Ramadan atau 12 Agustus 2010 ini terbesar dari tujuh menara yang membentuk komplek al-Bait Abraj. Akan menjadi pusat perbelanjaan raksasa, lebih dari 2.000 kamarhotel, dua helipads dan dapat menampung hingga 30.000 orang. Hotel di menara jam itu sendiri akan memiliki 1.005 kamar, kurang sedikit dari jumlah Istana Westminster yang memiliki 1.100 kamar. Kompleks ini dibangun oleh Bin Laden Group, perusahaan konstruksi terbesar di Arab Saudi yang diduga terkait erat dengan orang nomor satu paling dicari barat, Osama bin Laden.
Saingi GMT
Mohammed al-Arkubi, selaku manajer Royal Mecca Clock Tower Hotel mengatakan instalasi jam tersebut dibuat oleh perusahaan Dubai milik Jerman, Premiere Composite Tecknologies. Jam itu memang bertujuan untuk menyangi bahkan menggantikan posisi GMT ke MMT untuk acuan 1,6 miliar penduduk muslim di seluruh dunia.
Menara jam Mekkah yang merupakan jam terbesar di dunia, kabarnya akan menantang ketepatan waktu dari standar jam internasional GMT. Dengan adanya menara jam Mekkah ini, Arab Saudi berharap menjadi acuan jam untuk 1,5 miliar umat muslimdi seluruh dunia.
Sebelum jam ini berdiri megah, telah banyak wacana dan diskusi yang digelar. Dalam sebuah konferensi di Doha pada 2008, para ulama dan sarjana Muslim mengajukan berbagai argumentasi "ilmiah bahwa waktu Mekkah adalah global meridian yang sebenarnya. Mereka mengatakan Mekkah adalah pusatnya dunia. Sementara standar Greenwich itu diterapkan oleh barat pada tahun 1884. Tentu perdebatan mendasar tak sekadara mempertentangkan antara barat dan timur saja. Sejumlah ilmuwan muslim memaparkan argumentasi ilmiahnya terkait penggunaan MMT ini.
Dalam sebuah konferensi di Qatar yang berjudul, Mekkah Pusat Dunia, Teori dan Praktik, mereka beralasan kota Mekkah memang benar-benar berada di pusat dunia. Seperti dillansir BBC seorang pakar Geologi berpendapat bahwa Mekkah berada di titik lintang yang persis lurus dengan titik magnetik Kutub Utara. Inilah yang membedakan Kota Mekkah yang tidka ditemui di Greeenwich.
Apalagi menurut cendekiawan muslim, bangsa Inggris menetapkan GMT untuk seluruh dunia ketika negara itu masih merupakan kekuatan kolonial yang besar. Ulama Timur Tengah Sheikh Yusuf Al Qaradawy, mengatakan sains modern menunjukkan bukti bahwa Mekkah berada di pusat bumi yang sebenarnya, yang sekaligus merupakan bukti tentang keagungan arah Kiblat.
Konferensi di Qatar itu juga membahas temuan seorang Muslim Perancis yang berinovasi menciptakan arloji Mekkah. Arloji itu dilaporkan berputar berlawanan dengan arah jarum jam yang biasanya berputar ke kanan dan juga bisa menunjukkan arah Kiblat dari tempat manapun di dunia. Konferensi Qatar merupakan bagian dari upaya dunia Islam untuk mencari bukti-bukti mengenai sains dari kitab suci Al Quran. Kecenderungan ini disebut Ijaz Al-Quran yang kasarnya berarti keajabaiban naskah kitab suci. Ide dasarnya adalah bahwa kebenaran ilmiah sudah tertera dalam Al Quran, dan merupakan tugas para ilmuwan untuk mencari bukti yang sudah ada dalam ayat-ayatnya.
Sementara itu dari tanaha air dikabarkan, Mantan Wakil Presiden RI Muhammad Jusuf Kalla mendukung penuh rencana pemerintah Arab Saudi untuk menjadikan Mekah sebagai sentral waktu dunia. Menurut Kalla akan sangat menguntungkan bagi dunia Islam emmiliki patokan waktu terendiri. "Tentu kami dukung, apalagi sebagai sesama negara yang mayoritas penduduknya Islam, " katanya sambil mengatakan sebuah konvensi dunia dibutuhkan untuk mentepakan MMT.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin juga menyambut positif memindahkan pusat waktu dunia ke Makkah "Kami kira itu ide yang baik namun perlu ada kesepakatan dari seluruh dunia termasuk Indonesia," ujar Din diJakarta Jumat (13/8).
Ditambahkan Yusuf Qardawi, Mekkah lebih tepat ditetapkan menjadi poros bumi. Dalam talkshow Syariah dan Kehidupan, Yusuf menegaskan bahwa Mekkah adalah meridian utama dan menjadi "titik keselarasan magnetis sempurna". Dia mengklaim kota suci Mekkah adalah "zona nol magnet". Data ini dikuatkan oleh beberapa temuan ilmuwan Arab seperti Abdul Basyit dari Pusat Penelitian Nasional Mesir yang mengatakan bahwa tidak ada gaya magnet di Mekkah.
Itulah sebabnya jika seseorang tinggal di sana atau melakukan perjalanan di sana, orang akan lebih sehat karena kurang dipengaruhi medna magnet dan gaya gravitasi bumi. "Anda mendapatkan penuh energi," kata Qardawi seperti dikutip Telegraph.
Ilmuwan Barat menentang pernyataan tersebut. Mereka mencatat bahwa magnet Kutub Utara melintasi garis bujur Kanada, Amerika Serikat, Meksiko dan Antartika.
(timur arif riyadi/MCH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bergabung dengan Afitour insyaAllah banyak untungnya...